Sejarah Desa

Sejarah Desa Ngroto berdasarkan cerita dari para sesepuh desa. Desa Ngroto terdiri dari 3 Dusun, yaitu :

  • Dusun Krajan
  • Dusun Maron
  • Dusun Lebaksari

 

Sejarah Dusun Krajan

Kurang dari 0,5 KM dari desa tempat ini karena di sebelah utara terdapat suatu Punden orang pertama yang datang dari daerah Pacitan ± tahun 1830. Konon masih ada hubungannya sebagai tantama almarhum Pangeran Diponegoro yang bernama Truno Dipo. Beliau menyamar sebagai penduduk biasa. Hal ini dapat dibuktikan bahwa tanah di komplek Punden banyak ditemukan barang-barang kuno, misalnya bendo, guci, tumbak, dan lain sebagainya. Beberapa tahun kemudian derah Pujon dijadikan proyek tanaman kopi oleh pemerintah VOC. Oleh karena itu, banyak para pendatang di Desa Ngroto, antara lain dari Madura, Begelen, Pekalongan, Magelang dan Pati. Semuanya menggabungkan diri kepada Truno Dipo untuk membuka tanah guna untuk pertanian dan penanaman kopi yang jumlahnya ada 15 rumah berbentuk gubug.

Truno Dipo telah dianggap telah memenuhi syarat-syarat ukuran waktu itu, maka dari itu beliau diangkat sebagai Kepala Desa. Istilah Desa Ngroto berasal dari PUNCAK YANG ROTO, yaitu sebagai pos lalu lintas antara Kota Batu dan Kecamatan Ngantang dan sebaliknya (guna istirahat) maka lama-kelamaan menjadi istilah "NGROTO" tanah yang dipandang merata.

 

Sejarah Dusun Maron

Pendatang pertama Pak Sapaan dan 6 orang kawannya yang berasal dari ARIBAYA (Madura). Kedatangan mereka semula sebagai buruh pemetik kopi karena begitu hemat pada hasilnya, dibelikan tanah, rumah dan sebagainya guna dipelihara dan makin lama mereka banyak menghubungi familinya di Madura sehingga banyak menetap di dusun tersebut (Maron). 

Dikarenakan mereka sering mengadakan carok, maka daerah tersebut dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

  • Maron Ngroto
  • Maron Pujon Lor
  • Maron Pandesari
  • Maron Pujon Kidul

Sehingga dengan demikian orang tersebut dapat menyesuaikan diri dengan keadaan desa induknya.

 

Sejarah Dusun Lebaksari

Pendatang pertama adalah Kansi, berasal dari Pekalongan dengan tujuan memetik kopi di Desa Ngabab dan sekitarnya. Semula hanya ada 3 rumah yang atapnya terbuat dari alang-alang. Karena oleh Pemerintahan Hindia Belanda tempat tersebut dianggap strategis, maka didirikan 1 buah losmen yang kelihatannya asri dan didekat situ terdapat sebuah sumber air yang bernama "LEBAKSARI" yang saat ini menjadi milik Pemerintahan Kabupaten Malang. Bekas losmen yang asri tersebut sekarang telah menjadi perumahan penduduk Dusun Lebaksari.